Population and Sample (Populasi dan Sampel)

A.    PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL
1.            Pengertian Populasi dan Sampel
Sujarweni (2012:13) menyampaikan “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Generalisasi berarti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada subjek-subjek atau objek-objek dan kejadian-kejadian yang lebih luas daripada subjek-subjek atau objek-objek dan kejadian-kejadian yang diteliti. Populasi tidak terbatas pada sekelompok orang tetapi juga binatang dan benda apa saja yang menjadi bahan penelitian.
Dalam penelitian kadangkala peneliti mendapati populasi yang begitu banyak dan wilayah yang luas maupun keterbatasan waktu, tenaga dan biaya sehingga tidak memungkinkan bagi peneliti untuk meneliti semua subjek atau objek, serta kejadian-kejadian. Melainkan hanya sebagian saja dari subjek atau objek, serta kejadian-kejadian. Dan sebagian dari dari subjek atau objek, serta kejadian-kejadian itu disebut sampel. Sebagaimana yang disampaikan oleh Sujarweni (2012:13) “ sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dan tentunya sampel yang diambil dari populasi untuk diteliti harus benar-benar “ … representatif dalam arti segala karakteristik populasi hendaknya tercermin pula dalam sampel yang diambil” (Sudjana, 2002:6).
Sampel harusnya merupakan bagian yang representatif dari populasi yang hendak diteliti, jika tidak maka tidak akan dapat dilakukan observasi secara general terhadap suatu populasi, artinya hasil penelitian terhadap sampel tersebut tidak dapat digunakan sebagai kesimpulan general terhadap suatu populasi (Widi, 2010). Setidaknya ada dua hal yang menjadi patokan sampel itu representatif yaitu ukuran (sample size) dan bias (tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya). Sample size adalah besar kecilnya sampel dalam hal jumlah yang diteliti. Semakin besar jumlah sampel semakin besar kepastian atau ketepatan kesimpulannya. Agar tidak terjadi bias sampel tentu pengambilan sampel ini harus dilakukan dengan prosedur teknik sampling yang benar.


2.            Pengertian populasi dan sampel dari para ahli yang lain
Menurut Supramono dan Sugiarto (1993) “Populasi adalah keseluruhan elemen yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian. Sedangkan sebagian anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya biasa dikenal dengan sampel (contoh)”.
Danim (2007) menyatakan bahwa “populasi adalah universum, dimana universum itu dapat berupa orang, benda atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Sedangkan sampel atau contoh adalah elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar kewakilannya”.
Gravetter dan Forzano (2009) menyatakan “A population is the entire set of individual of interest to a research. Altough the entire population usually does not participate in a research study, the results from the study are generalizedto the entire population. A sampel is a set of individuals selected from a population and usually is intended to represent the population in a research study”. Populasi adalah seluruh himpunan individu yang menarik untuk penelitian. Meskipun himpunanpopulasi biasanya tidak diikutkan dalam studi penelitian, hasil dari penelitian inimengeneralisasikan seluruh himpunan populasi. Sampel adalah individu yang dipilih dari populasi dan biasanya dimaksudkan untuk mewakili populasi dalam studi penelitian
Widi (2010) menyatakan “populasi adalah tiap group atau  kumpulan yang merupakan subjek penelitian. Sedangkan bagian dari populasi disebut sampel”.Menurut Hadi (2004) “populasi atau universe adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan. Sedangkan sampel atau contoh atau monster adalah sebagian individu yang diselidiki”.
            Menurut Sudjana (2002:6) “totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya dinamakan populasi” sedangkan “ sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel”.
Olson menyampaikan (1987:6) “a population is defined as the set of all observations (or other things) relevant to the question being asked. A sample is set of some, but not all, of the observations (or other things) relevant to the question being asked”. Populasi didefinisikan sebagai himpunan semua pengamatan ( atau hal-hal lain ) yang relevan dengan pertanyaan yang ditanyakan . Sampel adalah himpunan dari beberapa, akan tetapi tidak semua , dari pengamatan ( atau hal-hal lain ) yang relevan dengan pertanyaan yang ditanyakan.
Hinkle (1979:9) mengemukakan “a population includes all members of a defined group; a sample is a subset of a population. Parameters are descriptive measures of a population; statistics are descriptive measures of a sample”. Populasi mencakup semua anggota dari kelompok yang didefinisikan; sampel adalah bagian dari populasi. Parameter adalah ukuran deskriptif dari populasi; statistik adalah ukuran deskriptif dari sampel.
            Usman dan Setiady (2003: 181-192) menyatakan “populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Sedangkan “sampel (contoh) ialah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut teknik sampling.
Jadi, Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian. Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili seluruh populasi.
3.      Jenis-jenis Populasi
Menurut Husain Usman, M. Pd dan R. Purnomo Setiady Akbar, S.Pd, M.Pd, 1995, ditinjau dari banyakya anggota populasi, maka populasi terdiri atas populasi terbatas dan populasi  tak terhingga.
a.       Populasi terbatas adalah sumber data yang jelas batasannya secara kuantitatif, sehingga relative dapat dihitung jumlahnya. Populasi ini memiliki cirri terbatas. Contoh: Tiga juta wanita pada tahun 1985 dengan karakteristik mengikuti program KB.
b.      Populasi tak terbatas adalah sumber data yang tidak dapat ditentukan jumlah batasannya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah. Contohnya : Narapidana Indonesia
Berdasarkan sifat populasi, maka populasi dibedakan menjadi:
a.       Populasi Homogen: adalah populasi yang unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Populasi seperti ini banyak dijumpai dalam ilmu eksakta.
b.      Populasi heterogen: adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasannya secara kualitatif dan kuantitatif. Pada umumnya, populasi yang heterogen terjadi pada penelitian di bidang sosial dan obyeknya manusia atau gejala dalam kehidupan manusia.

B.        RASIONALITAS SAMPLING
Ada beberapa alasan penelitian menggunakan sampel, antara lain:
1.      Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang jumlahnya tidak diketahui  dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu  sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk mengumpulkan  data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia misalnya.
2.      Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih – lebih bila objek itu tersebar diwilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3.      Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu,apabila waktu yang tersedia terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel,dalam hal ini, lebih cepat.


4.      Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
5.      Masalah ketelitian
Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian ,dalam hal ini, meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian terselengar. Boleh jadi peneliti akan menjadi bosan dlam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua,penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6.      Faktor ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian; apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya ,waktu, dan tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata lain penelitian  sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian populasi (Sudjana, 2002:161-163); ( Hadari  Nawawi,1923: 146-148).
Selanjutnya, mengenai penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sample harus diambil. suatu  hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya, jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan pengambilan sampel harus  memperhatikan hal :
1.      Harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas.
2.      Besarnya populasi dalam tiap kategori.
Karena itu informasi tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat diusahakan. Satu hal yang perlu  diingat, bahwa penetapan jumlah sampel yang terlalu banyak selalu lebih baik dari pada kurang (oversampling is always better than undersampling).
Menurut Narbuko & Abu (2013: 108) Petunjuk - petunjuk untuk mengambil sampel :
1.      Daerah generalisasi
Hal yang penting disini adalah menentukan dahulu luas populasinnya sebagai daerah generalisasi, selanjutnya barulah menentukan sampelnya sebagai daerah penelitiannya. Di sampling itu, yang penting adalah : “ kalau yang diselidiki hanya satu kelas saja, jangan diperluas sampai kelas-kelas lainnya apalagi menyimpulkan untuk sekolah-sekolah lain”.
2.      Pengesahan sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya.
Bila luas populasinya telah ditetapkan , harus segera diikuti penegasan tentang sifat-sifat populasinnya. Penegasan ini sangat penting bila menginginkan adanya valliditas dan reabilitas bagi penelitiannya. Oleh sebab itu, haruslah ditentukan terlebih dahulu luas dan sifat-sifat populasi, dan memberikan batas-batas yang tegas, kemudian menetapkan sampelnya. Jangan terjadi kebalikannya,yaitu menetapkan populasilah yang lebih dahulu baru kemudian sampelnya.
3.      Sumber-sumber informasi tentang populasi
Untuk mengetahui ciri-ciri populasinya secara terperinci dapat diperoleh melalui bermacam-macam sumber informasi tentang populasi tersebut. Misalnya, sensus penduduk dokumen-dokumen yang disusun oleh instansi-instansi dan organisasi-organisasi, seperti pengadilan, kepolisian, kantor P & K, kantor kelurahan, dan sebagainnya.
Meskipun demikian, haruslah diteliti kembali apakah informasi tersebut telah menunjukkan validitasnya (kesahihan) . Hal itu perlu karena jangan sampai terjadi data tahun 1954 masih dipakai sebagia sumber untuk tahun 1965, misalnya bila tahun 1954 tercatat jumlah anak rata-rata dalam seiap keluarga 4 orang, maka pada tahun 1965 jumlah anak rata-rata mungkin tidak seperti itu (4 orang).
4.      Menetapkan besar kecilnya sampel
Mengenai berapa besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk sebuah penelitian, memang tidak ada ketentuan yang pasti.
5.      Menetapkan teknik sampling
Dalam masalah sampel , ada yang disebut biased sampel , yaitu sampel yang tidak mewakili populasi atau disebut juga dengan sampel yang menyeleweng. Pengambilan sampel yang menyeleweng disebut : biased sampling. Biased sampling adalah pengambilan sampel yang tidak dari seluruh populasi, tetapi hanya dari salah satu golongan populasi saja, tetapi generalisasinya dikenakan kepada seluruh populasi.Contoh : misalnya mengadakan penelitian tentang penghasilan rata-rata orang indonesia  hanya diambil sample yang kaya raya saja, ataupun hanya yang melarat? miskin saja. Dengan sendirinya akan mengakibatkan adaanya kesimpulan yang menyeleweng atau disebut biased conclusion.
Keuntungan menggunakan sampel yaitu:
1.      Memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu besar dikhawatirkan akan terlewati.
2.      Penelitian lebih efesien ( dalam arti menghemat uang, waktu dan tenaga).
3.      Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data artinya jika subjeknya banyak dikhawtirkan adanya bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data, karena sering dialami oleh staf bagian pengumpulan dat mengalami kelelahan sehingga pencatatan data tidak akurat.
4.      Penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif (merusak) yang menggunakan spesemen akan hemat dan bias dijangkau tanpa merusak semua bahan yang ada serta bias digunakan untuk menjaring populasi yang jumlahnya banyak.

C.     TEKNIK SAMPLING
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi.
Tahap permulaan yang harus ditetapkan adalah unit sampling yang dalam pengolahan data akan menjadi unit analisa. Unit sampling adalah satuan terkecil dari anggota populasi yang menjadi sumber data, sesuai dengan karakteristik populasi teoritis. Ada dua teknik sampling yaitu probability sampling/ random sampling dan nonprobability sampling/ nonrandom sampling.
1.      Probability Sampling (Random Sampling)
Ialah suatu cara pemilihan sejumlah elemen dari populasi dengan memberikan setiap elemen kesempatan yang sama (equal change) untuk dipilih menjadi anggota.
Cara sampling dengan probability sampling yang sifatnya random dapat menggunakan metode analisis statistik untuk menguji hipotesis dan untuk menarik kesimpulan tentang populasi. Contoh probability sampling, antara lain:
a.     Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple/Systematic Random Sampling)
Jenis sampling yang paling sederhana, yaitu hanya memilih anggota sampel dari seluruh populasinya secara acak / random. Ada dua cara yaitu cara undian dan tabel bilangan random.
1)      Cara Undian
Cara ini dilakukan dengan memberi nomor-nomor pada seluruh anggota populasi, kemudian secara acak dipilih nomor-nomor sesuai dengan banyaknya sampel yang dibutuhkan.
2)      Cara Tabel Bilangan Random
Tabel bilangan random adalah suatu tabel yang terdiri dari bilangan-bilangan yang disajikan dengan sangat tidak berurutan. Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama sampling frame. Yang dimaksud dengan  kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel.
b.       Pengambilan Sampel Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
Jenis sampel ini dipakai bila populasinya berbentuk jenjang / kelompok / stratifikasi. Jadi sampel diambil dari wakil kelompok masing-masing. Populasi dibagi dalam beberapa subpopulasi karena dianggap tidak hetrogen. Dengan membagi ke dalam subpopulasi diasumsikan seiap subpopulasi menjadi heterogen pada masing-masing anggota subpopulasi. Lalu setiap subpopulasi secara acak diambil anggota sampelnya.
Ada dua jenis stratified yaitu Sampel Stratified Proporsional dan Sampel Stratified non Proporsional
c.        Pengambilan Sampel Kluster (Cluster Random Sampling)
Pengambilan sampel dengan cara kluster adalah mengambil secara acak dari populasi  kemudian memilih secara acak semua atau sebagian elemen dari setiap kluster yang terpilih untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel secara kluster lebih efisien dalam biaya bila populasinya tersebar luas. Jenis sampel ini dipakai bila anggota populasinya terdiri dari wilayah / tempat / lokasi. Jadi sampel diambil dari wakil masing masing wilayah.

2.   Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan tidak memberi peluang/ kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipiih menjadi sampel (Sugiyono,2012:66 ). Tujuan umum dari teknik ini adalah memperoleh gambaran kasar dari sekumpulan unsur sampel. Teknik sampel ini memiliki beberapa kelemahan dan keunggulan, diantaranya:
Kelemahan:
a.    kemungkinan terpilihnya masing-masing responden sebagai anggota sampel tidak diketahui;
b.   peneliti tidak dapat menyatakan bahwa sampelnya mewakili populasi, oleh karena itu peneliti juga tidak dapat menggeneralisasikan penemuannya di luar sampel yang ditelitinya;
c.    peneliti tidak mampu menaksir derajat kesalahan pengambilan sampel.
Keunggulan:
a.    prosedur tidak berbelit-belit;
b.   lebih murah;
c.    dapat dilakukan pada saat-saat tertentu dimana respodennya dapat diraih tanpa prosedur statistik yang kompleks.
Nonprobability Sampling meliputi:
a.    Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yag telah diberi nomor urut (Sugiyono,2012: 66-72).  Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil saja, genap saja atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya keliatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.
b.   Sampling Kuota
Menurut Sugiyono (2012: 67) sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan di puskesmas. Jumah sampel yang ditetapkan 200 orang. Jika pengumpulan data belum memenuhi kuota 200 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai.
Menurut Margono (2004: 127) dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.

c.    Sampling Insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012:67). Menurut Margono (2004: 127) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.
d.   Sampling Purposive
Sugiyono (2012:68) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan menentukan kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Margono (2004: 128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Degan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
e.    Sampling Jenuh
Menurut Sugiyono (2012: 68) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
f.       Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiyono, 2012: 68). Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball.
  1. UKURAN BESARNYA SAMPEL
Jumlah ukuran sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.  Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Beberapa pendapat ahli mengenai ukuran sampel adalah sebagai berikut :
1.    Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya. Pendapat Gay dan Diehl (1992) ini mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.
a.       jika penelitiannya bersifat deskriptf, maka sampel minimunya adalah 10% dari populasi
b.      jika penelitianya korelasional, sampel minimunya adalah 30 subjek
c.       apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per group
d.      apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per group
2.    Roscoe (1975) memiliki panduan untuk menentukan ukuran sampel yaitu :
a.          Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian
b.         Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
c.          Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
d.         Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
3.    Slovin (1960) menentukan ukuran sampel suatu populasi dengan formula
 N = n/N(d)2 + 1
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
4.     Frankel dan Wallen (1993:92) menyarankan besar sampel minimum untuk :
a.       Penelitian deskriptif sebanyak 100
b.      Penelitian korelasional sebanyak 50
c.       Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30/group
d.      Penelitian eksperimental sebanyak 30/15 per group
5.     Malhotra (1993) memiliki panduan ukuran sampel yakni mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5x jumlah variabel. Dengan demikian jika jumlah variabel yang diamati berjumlah 20, maka sampel minimalnya adalah 5 x 20 = 100
6.    Arikunto Suharsimi (2005) memberikan pendapat sebagai berikut :
a.         Jika peneliti memiliki beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mareka dapat menentukan kurang lebih 25 – 30% dari jumlah tersebut.
b.        Jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 – 150 orang, dan dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan angket, maka sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya.
c.         Namun apabila peneliti menggunakan teknik wawancara dan pengamatan, jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik sampel dan sesuai dengan kemampuan peneliti.